Tujuh puluh tujuh hari yang lalu kau tersungkur menatap bongkahan laut nanah dimata kaki kadal bengis membusungkan dada di bukit palma lunas perahu prahara
Susunan senyum memekik longsor mulut pukat lokan-lokan mutiara yang lahir menyerbak tubuh gedung itu tergeletak tanpa urat nadi
Tujuh puluh tujuh hari kurangkai tujuh puluh karangan bunga tujuh keranda menuntaskan jejakmu di atas susunan senyuman bercumbu dengan detik dan detak menuai akhir labuhan
Pukat pekat bunga dan keranda lahir dalam wahana yang berbeda tetapi bergandengan di meja balok saat dijerat mahnet kolaborasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar