selubung ombak dasar laut
aungan madura meracau
di atas gelombang
Wahai cakrawala bahtera
aku hidup aku mati
berselimut debu
berbantal ombak
Leher tercekik di terjang
sejuta sirop kopyor berbusa
kutelan demi sesuap nasi
Waktu memakan usia
Usia dimakan waktu
Berputar mengitariku
muara menitiskan metafora
Jarak usia di ukur termometer
usia bertambah
melesat dalam ingatan
Riuh dalam dada
sesat dalam ingatan
Hidup di ujung filter
meradang nasip
dalam dunia fana
Tembakau bergoyang
meyerbuk menyerbak
dalam komposisi tradisi
Mengisi sebatang rokok
merongrng selaput
membungkus derita
Filter....
Manis pahitmu
kujadikan rumus dalam hidupku
Bumi
Bumi tempatku bernaung
tempatku mengaung
melempar sauh dalam nyeri
Bumi itu hamparan
terhamparnya insan tersimbah
gejolak cobaan dunia
Bumi yang aku tinggali
gua pertapaan menuju ahir hidup
tempatku mengaung
melempar sauh dalam nyeri
Bumi itu hamparan
terhamparnya insan tersimbah
gejolak cobaan dunia
Bumi yang aku tinggali
gua pertapaan menuju ahir hidup
Tenggelamnya rindu
Tenggelamnya Rindu
Senja oh senja kau datang
menyelinap di sela-sela atap
rindu yang kian di terjang angin sore
Angin sorepun menerjang palma
cemara di teras senja yang mulai
tenggelam di makan waktu
Plastik-plastik rindu di bibir pantai
tertiup angin sore hingga tenggelam
di rangkul ombak
Senja rinduku kian tak kunjun sampai
Senja oh senja kau datang
menyelinap di sela-sela atap
rindu yang kian di terjang angin sore
Angin sorepun menerjang palma
cemara di teras senja yang mulai
tenggelam di makan waktu
Plastik-plastik rindu di bibir pantai
tertiup angin sore hingga tenggelam
di rangkul ombak
Senja rinduku kian tak kunjun sampai
Tanah cemara kelahiranku
Tanah cemara kelahiranku
Tubuhku dirangkul cemara
yang ber daun panjang
berbuah duri
Daun duri jatuh
tercecer dibakar
menjadi seonggok debu
Seonggok debu yang di torehkan
kenarahan api akan duri cemara
Sesuap debu hinggaplah
setetes embun hinggaplah
setetes air hujan datanglah
Suburkan cemaraku
sekaligus tanah kelahiranku
tempatku di didik di tempa
dan diasuh
Tubuhku dirangkul cemara
yang ber daun panjang
berbuah duri
Daun duri jatuh
tercecer dibakar
menjadi seonggok debu
Seonggok debu yang di torehkan
kenarahan api akan duri cemara
Sesuap debu hinggaplah
setetes embun hinggaplah
setetes air hujan datanglah
Suburkan cemaraku
sekaligus tanah kelahiranku
tempatku di didik di tempa
dan diasuh
Realita hidup
Realita hidup
Benang ter urai
benang meliliti tubuh si lemah
gelombang datang menerjang
menenggelamkan silemah
Hay benalu yang memandang
aku sebelah mata
tenggelamlah engkau dalam
genangan air mataku
Aku terlilit kau tak berdaya
aku diterjang kau tenggelam
Pahit getir hidup telahku rasa
hidup penuh realita rumus
kalkulasi tentang segala galanya
Benang ter urai
benang meliliti tubuh si lemah
gelombang datang menerjang
menenggelamkan silemah
Hay benalu yang memandang
aku sebelah mata
tenggelamlah engkau dalam
genangan air mataku
Aku terlilit kau tak berdaya
aku diterjang kau tenggelam
Pahit getir hidup telahku rasa
hidup penuh realita rumus
kalkulasi tentang segala galanya
Peca bokka
Wahana dalam riang
mengalun syahdu
menyambut tempat berteduh
melepas lelah dalam letih
Sesekali berkumpul
bernaung di dalam
wahana yang baru
Peca bokka engkau
bagai syarat jalan
menuju wahana yang baru
Penghantar kami
menyambut wahana
tempat tubuh melepas
lelah dalam letih
Butiran butiran putihmu
di hiasi cairan merah
menjadi satu kesatuan dalam
Langganan:
Postingan (Atom)
Pesan
Hilir pukat kental asin dilangit bergulir membentuk makna merangkul pesan Hitam kelabu remang itu menepi bak kumbang mengejar mawar cucur ...
-
Hilir pukat kental asin dilangit bergulir membentuk makna merangkul pesan Hitam kelabu remang itu menepi bak kumbang mengejar mawar cucur ...
-
Tia aku melihatmu dipelupuk kain, merajut benang demi benang yang dibelai runcing taring bermata dibawah berpisau diatas Hengkang hengkang ...
-
Organda dalam diam menyingsing cahaya kegelapan di atas alis bola dunia masa mendatang meraba ranting jumawa Tera bersila...